(024) 7460032 - (024) 7460039 lppm@live.undip.ac.id

Bank Indonesia (BI) bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undip, menyelesaikan rangkaian riset kolaboratif mengenai manfaat teknologi biochar. Salah satunya adalah manfaat biochar mendukung peningkatan produktivitas pertanian sekaligus mitigasi perubahan iklim. Riset ini dilaksanakan tim peneliti Undip dengan ketua Prof Florentina Kusmiyati. Kemudian, anggota Albertus Fajar Irawan PhD, Anasrullah SP MS, Fatikhah Nurul Fajri SP MP, Muhammad Iqbal Fauzan SP MSi, Nani Kitti Sihaloho MP, dan Septrial Arafat SP MP. “Hasil riset menunjukkan teknologi biochar (arang hayati) memiliki kebermanfaatan ganda,” tutur Prof Florentina Kusmiyati dalam FGD bertema “Kajian Penggunaan Teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) – Biochar untuk Meningkatkan Produktivitas Pertanian Padi”. Forum ini puncak dari keseluruhan penelitian, yang digelar Senin (3/11/2025) di Hotel Aruss Semarang. Hadir perwakilan BI, Kementerian Pertanian, Kemenko Pangan, BRIN, Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, PT WasteX, serta kelompok tani dari enam kecamatan di Grobogan. Aplikasi biochar terbukti meningkatkan produktivitas gabah kering panen. Peningkatan ini didukung perbaikan nyata komponen pertumbuhan tanaman, seperti bertambahnya jumlah anakan dan persentase bulir terisi. 

Kajian juga mengonfirmasi biochar berperan sebagai pembenah tanah yang efektif. Aplikasi biochar terbukti memperbaiki kualitas tanah, termasuk menstabilkan pH dan meningkatkan ketersediaan unsur hara penting seperti Fosfor. Temuan signifikan lainnya adalah kemampuan biochar menurunkan emisi gas rumah kaca, terutama gas metana, secara drastis dari lahan sawah. Meskipun data menunjukkan kebermanfaatan yang nyata, diskusi menggarisbawahi tantangan implementasi di tingkat petani. Perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dari enam kecamatan (Klambu, Godong, Gubug, Karangrayung, Grobogan, dan Penawangan) menyuarakan dua aspirasi utama yaitu harga dan edukasi. Harga biochar komersial (sekitar Rp 3.400/kg) dinilai masih terlalu tinggi dan belum terjangkau. Lalu edukasi, petani di tingkat bawah masih kekurangan pemahaman dan sering salah informasi. Dibutuhkan edukasi masif mengenai fungsi dan mekanisme biochar. Prof Neneng, ahli biochar dari BRIN, turut memberikan pemahaman. “Biochar bukan pupuk, melainkan pembenahan tanah sehingga tidak dapat memberi hasil instan,” tegasnya. Dijelaskan aplikasi 5 ton/ha di awal dapat memperbaiki kualitas tanah hingga empat musim tanam. Nabila dari PT WasteX (produsen biochar) menyatakan kesiapannya mengeksplorasi diskon harga 50 persen (menjadi Rp 1.700 / kg) untuk pembelian pertama. Wakid Mutowal dari Dinas Pertanian Grobogan menegaskan akan mengarahkan PPL untuk mengedukasi masyarakat dan berkolaborasi dengan WasteX. 

 

Koordinator Penyuluh Kementan, Sri Mulyani, menambahkan pentingnya sinergi, agar petani tidak terpaku pada hasil instan pupuk sintetis. Adapun Deputi Direktur Bank Indonesia, Heru Rahadyan, menyatakan temuan ini mengurangi ketergantungan pupuk bersubsidi. Dia turut menyoroti inovasi BI-Green, yakni pengolahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) menjadikan biochar bernilai tambah. Sebagai visi jangka panjang, Asisten Deputi Kemenko Pangan, Kus Prisetiahadi, mengusulkan dua skema strategis untuk menekan harga. Pertama, model tukar bahan baku (petani setor sekam). Kedua, skema subsidi harga melalui carbon offsetting. “Nantinya, produsen biochar menjual kredit karbon ke industri, dan hasilnya digunakan menyubsidi harga biochar bagi petani,” jelas Kus Prisetiahadi. FGD ini ditutup dengan kesepakatan memperluas demplot, menggiatkan edukasi PPL, dan menindaklanjuti model bisnis baru untuk memastikan kebermanfaatan biochar dapat dirasakan oleh petani.

Sumber Berita Suara Merdeka: Riset Kolaboratif Bank Indonesia-LPPM Undip: Konfirmasi Manfaat Biochar Lewat Rangkaian Kajian dan Uji Lapang